See, Think, and Do #2

Happy Thursday !
Tulisan kali ini lagi-lagi semoga selalu mengingatkan kita (terutama gue) untuk menjadi lebih baik lagi. Yap, hari ini ke kampus lagi untuk ikut berkegiatan. Terus tiba-tiba (lagi-lagi) kepikiran ketika melihat tukang 'Kue Rangi' di depan gang masuk ke rumah. Tau kan kue rangi itu sejenis kue apa? Jaman sekarang kue rangi emang udah jarang banget ditemui. Jadi, si kue rangi itu terbuat dari kelapa dan sagu yang dibakar (dicetak di suatu cetakan) terus diatasnya dikasih gula merah. Kalau dulu (selama gue hidup hampir 19 tahun), kue rangi itu menjadi langganan karena tiap hari lewat. Tapi kalau sekarang cuma satu aja yang lewat udah gitu gak setiap hari bisa ditemui.

Jadi kepikiran .. berarti si tukang kue rangi yang dulu marak terus sekarang jarang ditemui itu gimana ya sama nasib kehidupannya? Dia kan pasti bergantung sama dagangannya itu, karena yang gue lihat tukang yang jualan itu emang dari dulu jualan kue rangi (bertahan dengan profesinya). Kalau ngomongin soal pendapatan sehari-hari demi menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya pasti gak nyukup memadai. Apalagi kan jaman sekarang segalanya serba mahal. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, gimana jadinya kalau akhirnya tukang kue rangi gak ada? Akhirnya gak bisa merasakan enaknya kue rangi itu lagi? Mungkin bukan itu poin pentingnya .. Yang jadi penting adalah "nantinnya gak ada lagi orang yang mau bekerja di bidang itu!", padahal pekerjaan itu juga banyak pahalanya: bisa menyenangkan hati orang lain dengan jajanan-jajanan. --gue aja seneng tadi bisa makan kue rangi setelah sekian lama gak menemukan makanan itu--. 

Sama aja kayak pekerjaan penjaga palang pintu kereta yang jaman sekarang sudah banyak tergantikan oleh kecanggihan teknologi. Jangan salah! kadang-kadang gue masih bisa melihat di beberapa sudut yang menurunkan palang pintu kereta adalah manusia (dengan tenaga manusia) dan akhirnya gue berpikir, apakah mereka di gaji pemerintah? di gaji warga sekitar? atau akhirnya beberapa orang bermurah hati memberikan sebagai tanda terima kasih. Kalau yang gue alami: di UI, ketika lo masuk lewat barel (ada gang kecil di seberang Margonda Residence), lo akan menyeberangi rel kereta yang sangat rawan bisa tertabrak jika orang yang ingin menyebrang tidak fokus. Namun, di jalan sebelum masuk rel ada pos dan dibuat palang, dan kemudian akan diturukan ketika ada kereta yang lewat. "begitu baik orang yang akhirnya melakukan hal tersebut", Nah di dekat pos tersebut dibuatlah kardus, tulisannya kurang lebih 'untuk sumbangan perawatan wilayah barel' itu (gak begitu inget detilnya gimana). KALAU SEANDAINYA GAK ADA GIMANA? pikir lagi .....
Padahal ya itu tadi, mungkin dia melakukan itu sekaligus untuk membiayai hidupnya, tapi tanpa disadari hal tersebut sekaligus jadi pahala buat dia. Mana ada sih yang kepikiran untuk jadi penjaga palang pintu rel kereta? Jadi tukang kue rangi? Semuanya ingin menjadi yang terbaik ....
Yang jelas, harusnya kita mencontoh semangat-semangat mereka dalam bekerja: never give up, ikhlas, dan maksimal. 'uang' itu menjadi apresiasi atau hadiah, bukan tujuan utama sehingga yang kita lakukan menjadi lebih menyenangkan dari yang kita bayangkan.

D-3 Kuliah .. semangat terus !! :)
"Rantau 1 Muara":Read ON!

Comments

Popular Posts