Ketika Kepekaan Jadi Kewajiban
Aku mau ngepost sesuatu banget di blog ini di tengan kesibukan ini. Ya, kesibukan yang aku juga gak tau harus didefinisikan seperti apa, APA SIH SIBUK? cuma persepsi manusia doang kalo "AKU SIBUK" tapi THAT'S RIGHT aku sibuk sampai kalau dilebih-lebihkan .. aku lupa istirahat. GAK !!! ini bukan keluhan karena mengeluh cuma menghabiskan waktu akibatnya tugas jadi gak selesai.
Lagi project UTS ..
Masih terus mendefinisikan konsep yang diinginkan seperti apa. Kalau dipikir-pikir gak akan ada habisnya mikirin konsep ini karena akan terus timbul pertanyaan 'MENGAPA?" dan "BAGAIMANA?". Ini bukan suatu hal yang biasa aku kerjakan dari masa dimana aku masuk ke sekolah. Mungkin kita lebih mengerti bagaimana menghitung rumus matematika, fisika, kemudian menjawab soal kimia, biologi dan sebagainya. Sebenernya bukan itu yang menjadi penting, bukan bertanya "jawabannya apa?", tapi lebih "kenapa?", dan kemudian yang lebih penting lagi "bagaimana selanjutnya?".
Lalu bagaimanakah kita bisa melihat dan berpikir dari sudut pandang yang notabene bukan umumnya. Jawabannya pasti sulit, ya ... karena itu tadi, otak kita lebih terbiasa untuk menjawab petanyaan apa dibandingan dengan kenapa dan bagaimananya.Tapi, itulah yang harus aku lakukan saat ini, berpikir bukan hanya sekedar "apa?" tapi "kenapa?" dan "bagaimana?". Kepekaan dibutuhkan, kepekaan yang tidak hanya menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda, tetapi kepekaan yang dapat melihat sesuatu dari baliknya atau behind the scene-nya. melihat segala sesuatu berdasarkan sudut pandang orang lain, bukan hanya sudut pandang diri sendiri. Menjadi pribadi yang peka terhadap suatu hal itu gak mudah ternyat mudah. Masalahnya peka yang dituntut itu lebih dari sekedar peka.
Misalnya, mengenai kursi ..
coba lebih peka! Kursi untuk duduk, kursi untuk bermain, untuk tempat dimana orang mau makan, mau nulis, mau bekerja. Ya .. itu benar! itu peka? kita bisa mengeksplor si objek dengan lebih mendetail, melebihi fungsinya sebagai tempat duduk. Tapi seharusnya aku diminta untuk memahami kursi dengan subjek yang memakainya, bukan sekedar kursi sebagai objek. Kursi itu bisa menjadi sebuah kebahagiaan jika orang yang menggunakannya adalah orang yang habis gajian atau kursi itu akan menjadi sebuah kesedihan jika orang yang duduk mendapatkan kabar bahwa keluarganya ada yang meninggal. THAT'S IT ... Ada banyak hal kan yang bisa diambil dari sebuah kursi ...
Sekarang adalah bagaimana me-triger otak aku untuk berpikir seperti itu? Bagaimana membiasakan otak aku untuk selalu berpikir itu setiap saat ?
Misalnya, mengenai kursi ..
coba lebih peka! Kursi untuk duduk, kursi untuk bermain, untuk tempat dimana orang mau makan, mau nulis, mau bekerja. Ya .. itu benar! itu peka? kita bisa mengeksplor si objek dengan lebih mendetail, melebihi fungsinya sebagai tempat duduk. Tapi seharusnya aku diminta untuk memahami kursi dengan subjek yang memakainya, bukan sekedar kursi sebagai objek. Kursi itu bisa menjadi sebuah kebahagiaan jika orang yang menggunakannya adalah orang yang habis gajian atau kursi itu akan menjadi sebuah kesedihan jika orang yang duduk mendapatkan kabar bahwa keluarganya ada yang meninggal. THAT'S IT ... Ada banyak hal kan yang bisa diambil dari sebuah kursi ...
Sekarang adalah bagaimana me-triger otak aku untuk berpikir seperti itu? Bagaimana membiasakan otak aku untuk selalu berpikir itu setiap saat ?
Comments
Post a Comment