"Ini Benar dengan Mbak Aisyi?"
Sama seperti pagi ini tepatnya, tiba-tiba ada lagu "Do You Wanna Build a Snowman?" memutar dari handphone saya. Ya, itu tandanya ada telepon masuk. Tapi ketika itu saya sedang sibuk mengeluarkan motor yang akan digunakan untuk pergi magang. Jadilah ketika saya ingin menerima telepon tersebut, sudah keburu mati duluan. Saya lihat nomor yang tertera adalah nomor rumah, it's mean bukan nomor handphone yang kemudian bisa saya sms beliau untuk menyuruhnya menelepon balik atau mengirimkan pesan menannyakan siapa yang ada dibalik nomor itu. Berangkatlah saya menuju kantor magang dengan rasa penasaran siapa yang menelepon bahkan curiga jangan-jangan apa nomor kantor ya?
Sesampainya di kantor, dengan nomor yang berbeda, tetapi tetap nomor rumah/kantor juga kembali menelepon. Kali ini saya sempat mengangkat telepon tersebut. Saya terima dan berbicaralah seorang laki-laki dibalik telepon tersebut.
Saya : "Halo!"
Penelepon : "Halo, ini dengan mbak aisyikamilah?"
Saya : "Iya."
Penelepon : "Saya dari BN* Syari**, saya lihat portfololio mbak di blog. Ini benar mbak aisyi yang Arsitektur Interior UI kan?"
Saya : "Iya."
Penelepon : "Iya, ini ada lowongan kerja arsitek di BN* Syari**. Oh ya sebelumnya mbaknya udah lulus belum?"
Saya : "Belum.."
Penelepon : "Oh, mbaknya lulusnya kapan?"
Saya : "3 semester lagi"
Penelepon : "Oh, emangnya mbaknya semester berapa sekarang?"
Saya : "mmm (sedikit mikir kalau ditanya 'berapa') .. semester 6?"
Penelepon : "Oh gitu ya, sebenernya kita lagi butuh tenaga arsitek, tapi kalau mbaknya masih kuliah susah juga ya?"
Saya : "haha .. iya"
Penelepon : "Tadinya mau mbaknya aja, tapi gak bisa ternyata. Kalau gitu emailnya dikirim aja gimana?"
Saya : "Ah iya boleh, kirim aja!"
Penelepon : "Oh yaudah, emailnya aisyikamilah@gmail.com kan?"
Saya : "Iya .. "
Penelepon : "Iya nanti mungkin bisa diinfokan ke temennya yang udah lulus"
Saya : "Iya .. "
Diakhiri dengan kalimat sapa untuk mengakhiri pembicaraa. Saya langsung amaze sendiri, ketika ada orang yang menelepon untuk menawarkan pekerjaan. Sedangkan saya belum menyelesaikan masa kuliah saya. Saya pun langsung mengecek email saya, melihat apakah sudah dikirim email yang dimaksud.
Saya langsung menyambut email itu dengan baik serta membalas email tersebut karena rasanya gak enak, orang tersebut telah menawarkan pekerjaan sampai menelepon saya pagi-pagi, tetapi memang belum bisa menerima pekerjaan tersebut. Saya balas:
email sudah saya terima, terima kasih atas tawaran dan
kesempatannya. Infonya juga sudah saya teruskan ke teman-teman di
Arsitektur UI.
Semoga lain kali kita bisa bekerja sama.
Terima kasih.Semoga lain kali kita bisa bekerja sama.
Saya tidak pernah menyangka apa yang saya arsipkan di blog, yaitu portfolio hasil desain saya di studio akhirnya malah mengantarkan orang lain untuk menawarkan pekerjaan. Agak gak percaya, jadinya akhirnya muncul pikiran "Kok bisa?" "Apa yang membuat orang itu tertarik dengan desain saya?" "Desain saya kan bukan desain yang WOW?", dan seterusnya.
Ah sudahlah ....
Cerita selanjutnya,
Ceritanya sama tentang tiba-tiba ada yang menelepon lagi ke nomor saya. Kejadiannya 2 hari setelah telepon penawaran kerja. Yap, tepatnya hari Minggu kemarin. Kali itu saya tidak mendengar lagu "Do You Wanna Build a Snowman?", karena pada ssat itu handphone saya berada di kamar dan saya sendiri berada di luar kamar sedang menonton TV. Saat kembali ke kamar, melihat handphone, kemudian melihat ada histoty telepon masuk/misscall. Nomor teleponnya adalah nomor handphone kali ini. Saya kemudian membuat misscall dengan tujuan supaya orang tersebut menelepon kembali. Saya jarang sekali mendapatkan telepon, maka asumsi saya ketika ada telepon masuk berarti itu penting. Penelepon tersebut kemudian kembali menelepon dan kemudian saya terima.
Saya : "Halo!"
Penelepon : "Halo, ini siapa?"
Saya : (tutup telepon)
Punya pengalaman, kalau telepon yang seperti itu malah menakutkan. Saya simpulkan, saya tidak mau berurusan lagi dengan penelepon ini.
Tak berapa lama, tidak ada semenit mungkin, penelepon tersebut kembali menelepon. Antara terima atau diamkan saja, akhirnya saya terima. Kali ini lain, mungkin si penelepon baru ingat kalau sebelumnya menelepon saya.
Saya : "Halo!"
Penelepon : "Ini mbaknya bisa buat poster?"
Saya : "mm? a? (kayak bingung, kaget, dst) .. ah iya"
Penelepon : "Ini mbak, saya mau buat poster. Kalau mau buat poster prosesnya gimana?"
Saya : (saya jelaskan secara detail)
Penelepon : "Oh gitu bisa whatsapp ya. Sebelumnya ini saya panggilnya siapa?"
Saya : "Aisyi aja"
Pembicaraan terus berlanjut karena si penelepon akhirnya deal untuk memakai jasa membuatkan poster oleh saya dengan harga yang telah ditentukan.
Pertanyaannya, bingung gak sih tiba-tibaada yang menelepon, bilang saja stranger untuk memesan poster. Yap, memang sebelumnya saya punya project ART'd dengan teman-teman saya. Saya juga pernah posting di blog ini kan. Tapi semenjak mengerjakan project itu, kliennya tidak pernah stranger seperti apa yang terjadi kemarin. Biasanya kalau gak teman, ya temannya teman.
Balik lagi dengan komentar di cerita pertama. Rasanya saya tidak percaya dengan promosi yang dilakukan via internet atau media sosial bisa berfungsi justru setelah saya dan teman-teman saya liburan semester ini tidak gencar melakukan promosi dan seterusnya. Mungkin saya akan melanjutkan bisnis ini dengan teman-teman saya di ART'd.
Pengalaman luar biasa yang tidak terduga...
Comments
Post a Comment