13 REASONS WHY, WEEKEND AND ME
::::::::::This
post will be contained of privately matters which is Y’all don’t need to read
about. In case, I just need to express my feeling through this post, ingnore it!::::::::::
13 Reasons Why, actually gak
sengaja nonton series ini karena gak
sengaja pula beberapa waktu lalu memutuskan untuk berlangganan Netflix. Hampir
semuanya serba gak sengaja, karena emang tiba-tiba tertarik untuk nonton The
Crown – one of Netflix’s series
dikarenakan mendengarkan soundtracknya
ketika memainkan salah satu Daily Mix Playlist
di Spotify. Berhubung waktu itu berdekatan dengan libur lebaran yang dapat
dipastikan gue sangat tidak berniat untuk membawa laptop padahal udah download satu seasonnya The Crown jadi
gue memutuskan untuk install aplikasi
Netflix di handphone. Ada free one month
ketika pertama kali daftar dan memang sengaja gue save untuk suatu saat gue butuh dengan langganan Netflix ini. Voila, akhirnya sebelum libur hari kerja
berakhir untuk libur lebaran, gue bisa nonton series dimanapun gue mau. Selama
itu pun, gue meng-explor isi dari
aplikasi tersebut termasuk melihat apa sih series yang popular di Netflix. 13 Reasons Why salah satunya dan gue
pun sudah familiar dengan judul itu mengingat beberapa kali sering melihat
update-an instastory orang mengenai series ini. Then, I started to watch and the story line is interesting. Gue
gak pengen ceritain detail tentang seriesnya dan sampai alasan kenapa gue team
ship Zach and Hannah (Who
is team Zach and Hannah? J ). Secara
garis besar season pertama ini menceritakan tentang kisah seorang murid
perempuan di suatu sekolah yang melakukan bunuh diri dan sebelum dia bunuh
diri, dia kayak buat rekaman yang menjelaskan alasan kenapa dia bunuh diri
untuk didengarkan oleh teman-temanya. Series ini memang cukup menarik karena
mengangkat isu-isu yang memang notabene penting terutama di sekolah atau high school di Amerika, tentang bullying, free sex, suicide, ect. Sebegitu
pengaruhnya hal-hal kecil yang mungkin gak kita sadari tentang bilang sesuatu
ke temen atau mengacuhkan mereka, meremehkan, dan sebagainya terhadap kondisi
kesehatan mental mereka. Gue melihat tokoh Hannah dalam series ini kesulitan
ketika alone atau bisa dibilang she needs someone to cheer her up and then
let her to forget anything about her problem, even a small one. In the same
time, she has a problem to express her feeling and well somehow it is happened
to me. That’s why I have been trying for letting them out because everything
could be happened sometime. I just don’t want to be, you know everyone either. I
want to be a positive person, always, and y’all should be too.
I want to end this
post because I don’t to be shrunk. All in all, I am
just curious about the plan that I always imagine. Will it be like this? Or like
that? Or this, this and that?. I have not gotten the answer yet and I have no
words for that. I just want remind myself bahwa yang menurut gue buruk mungkin
bukan suatu hal yang buruk, it is the
best.
#embraceyours
Comments
Post a Comment