HELLO AGAIN

Someone told me “kenapa lo udah gak pernah tulis blog lagi syi?”, dan yap mari kita tulis lagi hari ini tentang apapun yang muncul di kepala, di hati, atau pun yang sekilas terlihat dan terdengar. Aku gak tau mau mulai cerita dari mana, it was going up and down in my life but I am still believing that I am moving forward. I know myself really well, better than anyone! 
 
I feel that I am in a black hole of mine. Ada beberapa momen dalam hidup aku, aku merasa kesepian, tapi logikaku berkata bahwa itu normal saja terjadi karena memang aku menjalani hidupku sepenuhnya sendiri. Hari-hariku berjalan karena memang itu yang kupilih dengan sadar, rintangan-rintangan itu akan muncul karena disitulah resikonya. I think I’ve been thinking about every step that I make consciously. Ada hal-hal yang muncul tak terduga, awalnya aku menolak tapi aku berusaha menerima selama langkah selanjutnya masih bisa aku kontrol. I am still learning about this. Tetapi soal kesendirian, aku masih bingung tentang bagaimana dealing dengan ini semua, tentang mencari solusinya, tentang menghadapinya. Dan ya! Rasanya ingin selalu menghindar tetapi aku pasti akan bertemu di titik yang sama di lain waktu, jadi it is a black hole.  
 
Ketika momen kesepian itu muncul, logikaku selalu mengatakan “sepertinya aku butuh berbicara dengan orang lain”, sementara sesuatu dalam diriku juga mengatakan “siapakah yang harus aku ajak bicara?”, maka kemudian perasaanku lebih dalam jatuh dalam kesendirian. Dan itu yang terjadi setiap saat momen dan rasa itu muncul. It is my black hole. 
 
Aku selalu memikirkan cara keluar.
 
Mungkin memang ungkapkan saja apa yang sedang terjadi. When you need to reach my arm up, just do it. The other one said to me, “ya bilang aja syi kalau emang itu ada dipikiran lo. Lo gak perlu mikir banyak hal”, well, I really should. 
 
Yang terjadi adalah aku masih selalu kembali ke dalam black hole tersebut dan masih belum membiasakan solusi itu ada dalam setiap momen itu kembali. Jawabanya memang masih banyak berpikir, “gimana kalau gini” dan “gimana kalau gitu”. Ujungnya adalah lelah sama diri sendiri, menyerah dengan keadaan, bingung. Begitu saja terus.
 
Selalu berusaha mengingatkan diri sendiri: kalau gak semuanya bisa aku kontrol! Kalau ini memang terjadi dalam hidupku, sendiri, yang cari solusi yang bisa dikontrol oleh diri sendiri. Kalau memang aku yang harus memanjangkan tanganku, ya gak pernah ada salah karena itu yang bisa kamu lakukan saat ini. Hubungi saja nama yang muncul pertama. Reaksi yang terjadi biarlah terjadi, kan.
 
Satu hal lagi yang baru aku sadari bahwa ternyata aku suka sekali bercerita. Berbicara panjang lebar tentang apapun yang terjadi di dunia ini. Yap, lagi-lagi aku selalu terjebak dalam emosi dan perasaan tentang bagaimana orang berekspektasi dengan apa yang sedang aku ceritakan. Bodohnya, aku lebih memilih untuk diam dan mengobservasi lingkungan. Resikonya? Aku kehabisan waktu dan kesempatan untuk bercerita. Syi, kenyataannya masih banyak peer untuk membuat dirimu “contented” dan siap untuk memberikan energi yang firm ke orang lain. Begitukah?

Comments

Popular Posts