EKSPEKTASI

photo credits @_hanifamillati
Yap, seringkali kekecewaan itu muncul karena kita terlalu banyak menaruh ekspektasi pada suatu hal atau seseorang. Seiring dengan idealisme yang dimiliki, nilai yang dianut dan moral yang dipercaya, kita lebih sering mengimajinasi dan memperkirakan tentang apa yang terjadi berikutnya atau apa reaksi orang lain terhadap kita. Menurut gue, punya awareness tentang itu sebenarnya baik, kita punya rencana tentang apa yang dilakukan serta memperkirakan bagaimana menempatkan diri di depan orang lain, tetapi benar jika yang berlebihan bukan suatu hal yang baik. Ekspektasi berlebihan justru memberikan tempat untuk kita melukai diri sendiri, meruntuhkan sistem yang selama ini kita bangun.

Sebagai salah satu orang yang determined, memperhitungkan segala kemungkinan yang mungkin memberikan efek terhadap diri gue. Gue merasa gue adalah orang yang super duper berlebihan tentang ekspektasi ini. Gue menyadari sedari dulu, sedari masih masa sekolah, gue paling sering marah sama temen gue, bahkan temen dekat karena persoalan si orang ini gak berbuat seperti yang gue inginkan. Salah satu hal yang paling memorable adalah pas waktu SMP, yakni ketika pada suatu hari gue salah seragam karena di hari sebelumnya gue tidak berada di area kelas. Saat itu gue merasa gue lupa dan seharusnya perlu diingatkan. Pada saat itu gue menyalahkan temen dekat gue yang mana saat itu gue merasa "Eh, kok lo gak ingetin gue sih? Kan lo tau gue kemarin full gak ada di kelas karena mempersiapkan satu dan lain hal". Gue marah.

Dan silent treatment selalu menjadi cara gue untuk mengekspresikan bahwa gue marah. Yap, gue benar-benar gak menganggap orang tersebut ada di hidup gue. Gue aware sepertinya temen gue sedikit kebingungan, "Kenapa deh Aisyi?" dan seterusnya karena gue gak memberikan penjelasan serta tidak memberikan kesempatan untuk temen gue ini untuk memahami situasi.

Hal yang gue pahami saat ini ketika mengingat situasi itu adalah gue seharusnya menerima keadaan bahwa gue missed pada hari itu. Itu mungkin saja terjadi dikarenakan di hari sebelumnya gue begitu lelah hingga sampai pada malam hari untuk mempersiapkan hari esok pun gue udah gak bisa mengidentifikasi tentang hari esok dan melakukan kroscek dengan menanyakan hal tersebut dengan teman baik gue.

Berikutnya, gue acknowledged bahwa itu sama sekali bukan tugas teman gue karena pada saat itu gue menyalahkan teman gue. Gue masih ingat saat itu gue berpikir "loh kan kita temenan tapi lo kok bisa gak peduli sama gue?", tapi nyatanya diri gue adalah tanggung jawab diri gue. Gue gak bisa berekspektasi lebih karena temen gue juga bertanggung jawab lebih dengan dirinya sendiri baru setelahnya orang-orang disekitarnya, mungkin gue ada ring kesekian. 

Gue masih berhak kok untuk mengkomunikasikan "Eh, kok lo gak ingetin gue?", tapi rasanya salah sekali kalau gue marah karena dia tidak mengingatkan gue. Lagi-lagi gue mengingatkan diri gue bahwa apapun yang terjadi pada diri lo adalah tanggung jawab lo. Gue merasa gue masih perlu banyak belajar tentang menerima hal-hal yang tidak berjalan dengan sesuai.

Merefleksikan apa yang terjadi saat itu, Kamilah Aisyi di lebih dari 10 tahun yang lalu tidak pernah ingin salah, tidak pernah ingin telat masuk sekolah, tidak pernah ingin bolos sekolah karena takut ketinggalan pelajaran, maka rasanya wajar sekali kecewa ketika hari itu mengenakan seragam yang sangat kontras dengan teman-teman yang lainnya. Gue tau yang ada dipikiran lo saat itu adalah "Nah loh, beda sendiri, jadi pusat perhatian orang, diperhatiin orang karena salah". Again, lo harus tau Syi! gak pernah menjadi masalah jika lo berbuat salah! Just keep in your mind untuk belajar dan tidak mengulanginya besok. Cukup.

Sejujurnya, gue masih punya perdebatan yang cukup panjang dengan diri gue tentang permasalahan ekspektasi ini. Semakin kesini, gue sebenarnya semakin memahami bahwa ada beberapa hal yang bisa gue sesuaikan dengan ekspektasi gue, sementara di hal lainnya yang mungkin tidak perlu gue libatkan ekspektasi, hanya lakukan saja yang terbaik. Ada banyak hal!

Satu hal yang gue pahami adalah gue yakin 10 tahun lebih berlalu, gue bukan pribadi yang sama seperti saat gue SMP. Buktinya gue sudah bisa mengidentifikasi bahwa hal tersebut tidak baik dan perlu diubah dan itu merupakan sebuah progress yang baik. Saat ini yang perlu gue lakukan adalah terus bergerak dan melakukan adjust sebanyak-banyaknya serta menikmati proses tersebut. That's life!

Comments

Popular Posts