10 YEARS AGO

Sepuluh tahun lalu ada momen perbincangan di depan kopinma, hari minggu, selepas jadwal reguler pulang ke rumah. Hari itu ada seorang anak yang meminta petuah ayahnya tentang kemana jalan yang harus diambil. Ingat betul, si anak ini keras betul, pendiriannya kuat bahkan tidak ingin ada yang mencampuri mimpinya. Si anak ingin melanjutkan studinya di Bandung. Hari itu jadi pembicaraan berarti tentang bagaimana mengambil sebuah keputusan besar yang akan mengarahkan jalan. Petuahnya tidak ada 'keharusan' melainkan poin-poin yang dibawa untuk dipikirkan kembali sesampainya di kamar. Beberapa hari setelahnya si anak berani mengambil keputusan yang berbeda dari apa yang dia pikirkan sebelumnya. Bukan Bandung jawabannya. 

Menjalani tahun-tahun berikutnya, yakin betul bahwa keputusannya adalah yang terbaik. Entah mengapa melebihi dari ekspektasinya, terlebih lagi jika mau membandingkan. Yakin betul bahwa anak itu tidak pernah menyesal dengan keputusannya.

Hari-hari ini, si anak kembali dihadapkan tentang sebuah pilihan besar, lebih besar mungkin. Tentang keputusan untuk meraih mimpi yang lebih besar yang selama ini telah ditunggu-tunggu. Berdiri dipersimpangan bukan suatu hal yang mudah dan anak itu kembali butuh petuah, butuh petuah ayahnya. Ada dua benua yang ada dipikiran, dan dia masih belum bisa mengetahui mana yang terbaik untuknya. Mungkin jelas, tapi rasanya dia takut untuk melangkah. Sepertinya wajar karena bukan suatu hal yang baru.

Hari-hari ini, si anak sibuk mencari banyak informasi tapi dirasa masih belum cukup yakin untuk memutuskan. Mungkin hanya punya waktu lima bulan lagi tercepat tapi masih gamang. Apakah harus ataukah menunggu? tapi jika pada akhirnya yang dicari adalah yang tercepat kenapa masih harus menunggu, bukan begitu? Kemudian yang muncul adalah apakah itu hal yang dicari?

Hidup memang tentang pilihan-pilihan yang akan kita semua ambil, kan.

Pada akhirnya juga tak akan ada yang memutuskan selain diri kita sendiri. Bahkan pada sepuluh tahun lalu, anak itulah yang memutuskan kemana dia akan melangkah. Ayahnya hanya akan berdiri disampingnya memastikan bahwa apapun yang diambil, baik atau buruknya hari-hari yang akan dijalani, si anak akan tetap jadi anak terbaik baginya. Dia bukan tipikal ayah yang "mengelu-elukan" anaknya jika mendapati harinya bahagia tapi hanya memberikan energi untuk mampu melewatinya. Katanya tak langsung si anak harus menjadi manusia yang tak gampang menyerah. Pilihan-pilihan itu pada dasarnya baik, dan ini tentang bagaimana dia mau berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk terus berjalan ke arah tujuan.

Comments

Popular Posts