THE MIND POWER

Setelah dua tahun lebih pandemi, akhirnya covid juga. Mungkin gak bisa dibandingin sama yang kena covid waktu awal-awal, yang mana masih ada gejala anosmia sehingga membuat gak nafsu makan, atau bahkan yang terparah sesak nafas, hingga saturasi turun. Lekat banget waktu-waktu awal covid hingga gelombang delta yang mana gue sampe memutuskan untuk off dari semua media sosial demi menjaga kewarasan diri. Well, anyway, sesungguhnya kali ini gue menolak untuk menerima fakta dengan kalimat "akhirnya kena juga" karena gue sadar penuh bahwa kemarin itu gue mengizinkan virus-virus itu masuk ke badan gue, walaupun sisi lain pastinya ada takdir yang mengarahkan ini semua.

Di sekitar dua minggu yang lalu, gue memang disibukkan dengan menyiapkan hal-hal yang menurut gue exciting, yakni tentang mimpi-mimpi yang selama ini ditunggu, the master's plan. Gue yakin bahwa sebenarnya hal itu bukan jadi alasan terbesar untuk merasa lelah karena toh gue sangat-sangat excited mempersiapkannya. Namun, ternyata disisi lain banyak hal-hal lain muncul beriringan yang membuat gue berpikir lebih keras dan merasakan lebih dalam. Hingga sampai disuatu titik "kok cape ya!"

Si perfeksionis ini merasa bahwa hal-hal itu bisa diselesaikan, dicari jalan keluarnya, sambil mengerjakan hal-hal yang seharusnya sudah menjadi  komitmen untuk diselesaikan sedari awal, salah satunya study plan ini. Namun kenyataannya, justru sebaliknya, gak semuanya bisa diselesaikan instan karena semua butuh proses, sekaligus ada hal-hal yang ternyata bukan ada ditangan gue untuk mengontrol itu semua, tiba-tiba saja datang.

"kayaknya kalau sakit bisa istirahat deh, full istirahat"

Haha .. Begitulah kurang lebih yang ada dibenak gue sekitaran hari rabu terakhir sebelum akhirnya benar-benar tumbang. Kamis dan Jumat disibukkan kesana kemari hingga pada hari Sabtu mulai dirasa tenggorokan gak enak. Sempet kepikiran tentang covid yang sedang menyerang tapi disisi lain ini bisa jadi diakibatkan oleh asam lambung yang dalangnya terjadi karena banyak pikiran. Definisi banyak pikiran gue adalah yang mana beberapa hari kebelakang tidur berantakan. Gue bisa tidur jam 2 sampai dengan jam 3 pagi tuh udah gak masuk akal lagi kan gaes. Berikutnya pun gue udah ada feeling kalau hari senin, gue akan izin sakit karena di hari Minggu itu rasanya gak membaik. Akhirnya setelah beli alat tes antigen sendiri dan  melakukan tes sendiri, ternyata bener poistif, haha.

Detik itu pula gue justru amaze dengan yang kekuatan pikiran gue. Entah saat itu gue harus sedih apa bahagia karena permintaan dikabulkan sama Tuhan, untuk punya waktu istirahat penuh. Minggu lalu, disaat sakit ini pun gue gak dikasih kesempatan untuk sehat lebih cepat. Melihat yang lain-lainnya pas kena covid cuma 5 hari, gue pun berharap supaya bisa punya waktu menikmati weekend, tapi pupuslah sudah karena gue benar-benar disuruh diam di rumah full dalam waktu satu minggu sebelum akhirnya punya waktu beraktivitas kembali senin (kemarin). Jam tidur pun kembali ke waktu yang benar dengan tidur sebelum jam 12 malam. Slowing down everything and I'm blessed!

Hal lain yang gue pahami adalah ternyata pikiran punya kekuatan se-powerful itu ya ternyata. Se-powerful itu untuk menentukan segala hal, termasuk hal-hal yang mungkin rasanya "kok bisa", salah satunya ya pikiran "mau sakit" ini dan lalu benar terjadi. Gue jadi semakin yakin bahwa lewat pikiran, ternyata kita bisa mengontrol sejauh mana kita mau melangkah, setinggi apa fortress yang mau kita bangun untuk melindungi diri kita, berikut tentang siapa dan apa saja yang kita persilahkan masuk untuk menguasai diri kita. Kita punya kekuatan penuh untuk menentukan seberapa banyaknya bahagia yang akan kita rasakan, begitupun sebaliknya tentang sedalam apa sedih akan mengganggu aktivitas-aktivitas kita. Sepertinya kita hanya perlu untuk tetap sadari semuanya.

Comments

Popular Posts