IT’S OKAY TO BE NOT OKAY

Buat seseorang yang terbiasa apa-apa sendiri, lalu lingkungan atau orang-orang disekitar menilainya adalah seorang yang kuat dan bisa diandalkan, menjadi lemah atau sedih akan terasa susah. Secara tidak langsung dia akan merasa jika dia harus terus menerus kuat dan tidak boleh lemah agar supaya lingkungannya tetap punya nilai akan dirinya, merasa dihargai. Tapi sesungguhnya tidak apa jika bersedih dan merasa down. Kita sebagai manusia berhak untuk merasa helpless dan kemudian orang-orang membantu, memberikan pandangan lain sebagai clue atau jalan pintas.

Beberapa waktu lalu, ketika gue ada ditahap sedang mengerjakan portfolio untuk persiapan daftar master, gue pernah ada diposisi bingung karena ternyata feedback dari orang yang relevan ternyata kurang baik, yang membuat gue mengubah banyak hal dari segi konten. Yap, di sela kegiatan rutinitas berkerja yang juga butuh banyak hal dipikirkan secara struktural, maka hal ini akan sangat mengganggu dan bisa memoengaruhi kinerja. Kenyataannya pada saat itu iya. Sejujurnya gue rasa gue butuh bantuan dan pendapat tentang bagaimana gue menyelesaikan materi portfolio gue. Si anak yang terbiasa semua sendiri ini merasa bahwa gak ada orang yang tau mengenai apa yang sedang gue kerjain, yap, si jarang cerita karena selalu pengen ideal bahwa ada orang yang tau diri ini dari a sampai z. Dan tentunya tidak ada yang ideal, toh.

Gue pada saat itu kepikiran banget hingga gue menyadari bahwa gue harus mengungkapkan pada siapapun itu. Gue memperhatikan sekitar gue tentang bagaimana orang-orang mengekspresikan perasaannya atau cerita tentang kesehariannya. Mereka express perasaannya tanpa ada ekspektasi apapun. “Hari ini ketemu orang nyebelin” “tadi ada suatu hal yang lucu”, and it is really ok to say that. Sementara gue jarang sekali melakukan hal tersebut karena terlalu memilih kepada siapa ini harus diceritakan. Overthink dan merasa bahwa hanya orang-orang tertentu yang akan nyaman untuk mendengar cerita gue. Hafth ….

Saat itu, gue rasanya mau meledak jadi spontan saja gue cerita tentang si portfolio itu, like what should i do?. Dan ternyata sangat membantu dan gue gak pernah seringan itu setelah hari itu terjadi. Oh, begini caranya untuk cerita ke orang lain karena pastinya orang tersebut akan kasih reaksi apapun itu kok. Kalau pun reaksinya biasa aja yasudah lanjutkan saja sebisanya. Pada akhirnya memang jangan berekspektasi kan. Pun, gue jadi inget tentang sebuah interaksi yang terjadi dan masih terngiang yang mana ada kata “kamu cerita dong syi!”. Oh harusnya seperti ini dan sesungguhnya gue menyesal tidak banyak melakukan ini untuk ini untuk diri gue sendiri. Beberapa waktu gue sepertinya menyia-nyiakan momen yang ada, bahwa ada yang siap mendengarkan.

So, gue mau berjanji untuk diri sendiri agar lebih banyak belajar untuk mengekspresikan segala halnya ke orang-orang disekitar. Yap, masih banyak belajar. Lebih baik dari pada tidak kan.

Comments

Popular Posts