BERKUTAT DALAM PIKIRAN

Akhir-akhir ini kepala rasanya penuh dengan segala hal yang sulit sekali diterima karena tidak berjalan sesuai dengan rencana gue, ya, lagi-lagi si perfeksionis ini beraksi. Menghitung hari tapi rasanya masih banyak yang harus dipersiapkan dan diselesaikan. Ternyata kalau bisa, gue berharap ada sebulan lagi untuk dilalui sebelum hijrah ke tempat yang baru, ke tempat yang selama ini diimpikan bukan?


Masih dengan cerita yang sama dengan sebulan yang lalu, menunggu dokumen dari kampus terbit untuk bisa maju dengan dokumen yang diperlukan, tapi sepertinya memang harus benar-benar menunggu dan berdoa. Yap, tidak ada cara lainnya. Dipikir-pikir lagi bahkan masih harus tenggelam dalam link-link calon tempat tinggal yang juga gak tau harus mulai dari mana, ya karena pikiran masih saja berkutat di dokumen yang harus segera terbit ini sih. Lalu, barang-barang yang harus disiapkan juga entah bagaimana, mungkin satu hingga dua mulai terpenuhi.

Bukan bermaksud mengecilkan esensi dari apa yang dikerjakan, tapi beberapa tugas yang silih berganti datang tentang kegiatan ini, sama sekali tidak memberikan ketenangan. Sebaliknya pikiran gue semakin dipenuhi tentang reminder untuk ‘jangan lupa mengerjakan tugas ini’ diantara pikiran-pikiran ‘jangan lupa’ lainnya. Sesungguhnya mulai kesal dengan segala hal yang pada esensinya terbentuk karena kultur yang tujuannya baik awalnya. Tapi sungguhlah tanpa diwajibkan pun beberapa hal sudah gue kerjakan walau tanpa parameter yang ajeg. Gue memahami bahwa kasusnya tidak akan sama dengan yang lainnya karena mungkin mereka berada dikondisi yang tanggung jawabnya berbeda dengan apa yang sedang gue jalani, jadi gue harap kedepannya akan ada evaluasi tentang hal ini. Kalau ada yang berpendapat ini mempersiapkan mental untuk menghadapi studi, gue butuh data yang valid untuk itu, karena yang gue perlukan bahkan hanya mengobrol dengan orang-orang terdekat, cukup.

Sejauh ini, gue berusaha meninggalkan jejak yang baik, legacy kalau gue bilang. Sekembalinya gue 2 tahun lagi, gue mau hal baik yang sudah gue coba inisiasi ini berkembang atau berjalan ke arah yang baik. Maka perlu buat gue meletakkan batu pertama sebagai pondasi dimana akan gue berpijak nantinya. Jadi, bukankah ini suatu hal yang harus gue perjuangkan dan berikan effort yang lebih banyak dibanding persiapan yang parameternya pun bagi gue membingungkan. Ya, setidaknya buat gue impactnya lebih nyata apalagi jika kita membicarakan tentang rencana jangka panjang kontribusi yang akan gue lakukan. Ini menjadi penting yang teramat sangat buat gue.

Menjadi tantangan besar buat gue untuk memanage perasaan dan bagaimana energi itu bisa terisi penuh kembali setelah bermenit-menit gue bagikan dengan cuma-cuma. Seyakin-yakinnya ini sangat mempengaruhi tentang bagaimana gue memandang sesuatu, jadi mudah nangis kalau kata orang. Pikiran kembali berkutat tentang “tolong semangatin aku!” “Merasa sendiri” dan seterusnya yang sesungguhnya buah hasil pikiran sendiri. Sedari 3 tahun lalu ketika memulai ini semua, gue masih yakin dengan diri sendiri ini mampu melebihi apa yang ada dipikiran.

Comments

Popular Posts