EVERYTHING IS CONNECTED
Beranjak dewasa, akhir-akhir ini gue semakin menyadari untuk lebih menerima bahwa pada hakikatnya, gue dilahirkan sebagai perantara atas interaksi suatu hal. Singkatnya pada sekian perjalanan kehidupan ini, gue lebih sering menolak kondisi dimana hadirnya gue mungkin akan memberikan dampak baik untuk orang. Kesimpulannya gue merasa gue harus lebih banyak berusaha untuk menjadi diri gue sendiri dan menyambungkan banyak hal di dunia ini. Everything is connected in magical way, is it? And would it be me that “magical” thing?
—
Beberapa waktu lalu, gue mencoba aktif untuk mencari kenalan baru karena diliputi rasa takut tentang bagaimana gue bisa survive di negara baru yang notabene sama sekali gak dan seumur hidup untuk going abroad, which I am really blessed about that. Gue ketemu orang baru dan dengan sangat aktif memulai penjajakan karena gue percaya they will become my other family in there. Gue pribadi mencoba mengkoneksikan diri gue dengan mereka serta juga menjembatani interaksi, gue bilang menjadi penengat atau mutual. Sampai dengan kemarin, gue sadar bahwa kalau gue sendiri gak aktif, akan beda jalan ceritanya. Tapi disisi lain, masih suka ada rasa malas karena energi yang dikeluarkan sangat melelahkan, setidaknya sampai detik ini.
Jika kembali ke jauh ke tahun-tahun sebelum ini, pernah ada masa dimana gue sempat kesal yang pada saat itu tidak gue utarakan ke temen-temen “geng smp” yang masih temenan diantaranya sampai sekarang. Pada waktu itu, gue merasa lelah karena segala kegiatan tentang kumpul-kumpul bareng itu selalu gue yang menginisiasi. Lelah! Iya, gue bilang lelah karena ada masa dimana gue mau bukan dari gue ide tersebut datangnya. Ah, tapi gue bilang saat ini, terlalu complicated pemikiran gue waktu itu, yang kemudian gue sadari saat ini, apakah memang mungkin itu adalah peran yang harus gue jalani selama gue hidup di dunia? Menjadi penghubung?
Banyak orang yang punya pemikiran sama bahwa anak pertama itu adalah bagian tersulit, banyak yang tidak mau walaupun apa daya menolak karena takdir tetap berjalan begitu saja. Mencoba mengaitkan segala hal, begitupun sama apa yang gue simpulkan tentang ide mengubungkan, bahwa ternyata gue punya power sebesar itu mungkin dan memang seharusnya gue lakukan dengan segala dinamika yang ada. Dengan segala kelemahan yang tidak pernah gue tunjukkan dan menunggu seorang yang tepat untuk tidak lagi gue sembunyikan.
“Kalau gak gue mulai, gak akan pernah berjalan sesuai”, itu yang akhirnya menginisiasi gue untuk ‘bodo amat’ mengajak mereka berdiskusi dan mencoba lead the way. Rasa gak percaya diri itu pasti jadi tameng besar, tapi suara yang entah darimana meyakini bahwa gue-lah yang punya cambuk untuk menggiring semuanya berjalan dengan sebaik-baiknya rencana. Lagi-lagi diingatkan untuk lebih banyak menerima tentang apa yang sebenarnya menjadi peran gue selama hidup di dunia, isn’t it?
Dengan segala drama yang terjadi dimana gue sering sekali “ngambek” karena semuanya gak bisa aktif dan berjalan seperti apa yang gue pikirkan, sepertinya gue harus lebih banyak lapang dada atas segala garis takdir yang sedang gue jalani. Gue mulai menerima bahawa sepertinya gue akan menjadi banyak perantara tentang banyak hal yang terjadi didiri gue yang terkait dengan banyak orang, lebih besar lagi mungkin akan berpengaruh tentang bagaimana orang-orang disekeliling gue, terutama, menjalani kehidupan. Masih nervous dan lagi-lagi rasa tidak yakin itu ada disini sekarang, tapi gue akan belajar sebaik-baiknya menjalani peran dengan lapang.
Comments
Post a Comment