GIMANA

Pada beberapa minggu hingga sebulan yang lalu, bisa dibilang kata 'gimana' ini menjadi suatu hal yang dihindari. Setiap ketemu orang-orang terdekat atau bahkan mama papa, selalu berdoa supaya gak ditanya 'gimana', 'gimana lpdpnya, pengumuman kapan?'. Yap, setelah rekap perjalanan yang lalu, yang mana di akhir paragraf gue bilang bahwa masih belum menyerah. Maka di tahun ini, tahap 1, gue kembali mendaftar lpdp. Kali ini gue akan share apa yang telah berubah dari diri gue dan gue sangat berharap bisa membantu bagi siapapun yang membaca. Harapan itu sangat besar karena gue mempersiapkannya jauh-jauh hari, tanpa terganggu dengan persiapan score IELTS. Harapan sangat besar karena gue punya waktu lebih banyak untuk menyelesaikan latihan soal, 1 buku TBS (Tes Bakat Skolastik). Tahun lalu, gue menyadari bahwa kepanikan mengganggu gue sehingga soal-soal yang harusnya bisa terjawab, tetapi justru panik menghalangi. Kali ini, gue berhasil mengendalikan kepanikan itu sehingga gue punya cukup banyak waktu untuk menjawab soal. Suprisingly, gue bahkan bisa punya cukup banyak waktu untuk koreksi soal-soal yang ragu.

Tips 1. Soal-soal TBS gak susah sebenarnya, yang menjadi musuh adalah emosi dan waktu. Jadi fokus aja mengelola itu dengan cara latihan soal pakai waktu, terus 'letting go' soal-soal yang gak ketemu jawabannya atau ragu. Jawab saja yang yakin, kalau punya waktu banyak bisa balik lagi. Kalaupun gak, ya yaudah. You did a great job!
 
Kali itu gue merasa cukup tenang karena dibanding skor tahun lalu yang muncul setelah tes, skor tahun ini gue yakin sudah sangat dan teramat terbaik. Lagi-lagi pakai jurus 'kalaupun tidak, yaudah! Let's find a way'. Hasilnya tes ini gue lolos :)

Alhamdulillah ...
 
Kalau gue ingat-ingat lagi perasaan gagal tahun lalu, gue bersyukur karena akhirnya gue bisa berpindah ke tahap berikutnya yang mana menjadi tahap yang baru, yaitu wawancara. Pengalaman gue mengisi form dan essay udah berkali-kali seperti apa yang pernah gue share di post sebelumnya. Namun, wawancara ini sudah beyond imajinasi gue. Maka kali itu gue harus benar-benar mempersiapkan segalanya dengan baik.

Kata orang bijak "musuh terbesar kita adalah pikiran kita sendiri" adalah benar sebenar-benarnya. Gue punya waktu selama sebulanan untuk mempersiapkan wawancara ini. Itupun karena diundur dari yang awalnya seminggu setelah lebaran. Kalian tau seberapa gak fokusnya gue ketika keliling-keliling lebaran? Yap, karena yang ada di pikiran hanya 'gue harus jawabin mock up pertanyaan, banyak banget loh itu". Belum lagi jawabannya gue harus mempersiapkan dalam bahasa inggris karena sejauh ini tujuan gue ke luar negeri jadi logikanya harusnya gue mampu menjawab dengan bahasa inggris. Di sisi lain, gue juga gak mau menghilangkan esensi lebaran yang pada akhirnya keliling-keliling lagi ke rumah saudara. Pada intinya juga gak pengen dibilang anak ansos sama papa mama, padahal sebenernya anaknya overthinking dengan suatu hal. Well, akhirnya diundur sampai dengan bulan Juni.

Persiapan gue hanya dari file yang isinya pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan. Konon katanya file tersebut rangkuman dari pengalaman-pengalaman awardee. Melihat situasi di grup-grup lpdp hunter, mereka banyak sekali melakukan mock up one on one, tapi sejujurnya ke-overthink-an diri gue ini membuat gue gak berani untuk ikutan. Jadi sesekali hanya memantau dan nonton beberapa video di youtube. Alasan lainnya adalah gue bersikeras menyelesaikan jawaban dari pertanyaan yang jadi "kisi-kisi" itu, yang mana ada 100++ pertanyaan. Pada akhirnya gue pun gak selesai untuk jawab-jawabin pertanyaannya.

Tips 2. disclaimer dulu ini tips dari gue belum tentu bisa masuk ke semua orang. Tapi menurut gue lebih baik tanya jawab sama diri sendiri dulu semisal lewat kisi-kisi itu dibanding mock up sama tandeman. Dengan catatan perlu latihan ngomong juga sih sekali. Tapi fokus ke bagaimana jawabnya dengan berbagai jenis pertanyaan yang sebenernya mirip-mirip.
 
"Kamu pulang gak minggu ini", pertanyaan sepanjang bulan Mei yang ditanyain mama karena anaknya gak ada kepikiran untuk pulang. Mungkin dalam bulan itu kerjaan gue hanya di kamar seharian atau sesekali keluar untuk cari suasan baru. Tapi yakinlah I only lived for answering only that list of question at that time. Akhirnya bilang ke mama bahwa gue gak kepikiran pulang karena lagi prepare ini semua. Lagi-lagi ini pengalaman yang beyond buat gue.

Singkat cerita, sampailah di hari pengumuman jadwal wawancara yakni di 3 hari sebelum jadwal wawancara dimulai. Daaaan ... gue dapat di batch pertama, alias minggu pertama, alias di hari ke-3. Sempet kaget dapet minggu pertama karena kok rasanya mengintip aktivitas temen-temen seperjuangan, persiapan yang gue lakukan gak lebih ambisius. Sempat terpikir "bukannya orang ini lebih sering mock up dan sanag siap tapi dia malah dapet jadwal di minggu terakhir", Hehe ... Tapi hamdalah gue seneng dapet pertama jadi gak banyak overthink ditambah udah 'ditodong' suruh site visit ke Pekanbaru.

Tips 3. Selain sedekah, silaturahimi ke keluarga dan kerabat itu kadang menjadi doa yang luar bisa loh.
 
Sejak pengalaman TBS sebelumnya, yang mana gue selain gue selalu telepon mama, gue jadi terbiasa ke rumah bude. Mungkin karena beliau jadi pengganti mama karena berada di satu kota. Ini sih bisa dibilang 'percaya gak percaya' sih ya. Tapi sebelum TBS dan berikutnya wawancara ini, gue pergi ke rumah bude untuk hanya sekadar mngobrol dan mendapatkan afirmasi positif dan ketenangan. Satu hal yang akhirnya menguatkan pun setelah wawancara dilakukan adalah perkataan pakde yang bilang "Pakde salut loh sama kamu, rajin dan ulet, salut"
 
Pada 3 hari menuju hari H, gue baru latihan menjawab spontan dengan bikin rekaman pertanyaan-pertanyaan degan suara sendiri tentunya, lalu untuk dijawab sendiri. Sejujurnya waktu itu agak sedikit panik karena ternyata gue ada kaget ketika mendengar pertanyaan, akibatnya blank. Saat itu yang hanya perlu gue ingat adalah jangan pernah membiarkan panik menguasai. Gue memaksimalkan waktu terbatas itu dengan sebaik-baiknya, berikut dengan teknis seperti beli kamera tambahan, cek internet, dan lain-lainya.
 
Tips 4. Gak usah berekspektasi yang macem-macem. Sederhana saja bahwa akan ada tanya jawab dan yang ditanya itu dari apa yang sudah kita submit.


Sampailah kita di hari wawancara. Perasaan gue sewajarnya manusia adalah nervous, sepanjang menunggu jam 10.00, gue puter murotal Al-Mulk, surat favorit dengan harapan untuk dimudahkan segalanya. Ketika dimulai gue berusaha selalu tersenyum menjawab setiap pertanyaan walaupun gue yakin kekakuan itu ada karena lagi-lagi nervous.

Tips 5. Nah ini! Senyumin aja pokoknya. karena senyum ternyata powerful banget.
 
Hamdalah gue menjawab semuanya dengan baik yang artinya gue menguasai apa yang menjadi ide gue serta paparan informasi yang gue tulis di form, ituloh yang pertanyan tentang diri di awal. Pertanyaan paling berkesan buat gue yaitu "Saya suka museum juga, saya kalau jalan-jalan selalu pergi ke museum, tapi kenapa kamu mau ke negara ini, bukannya kalau museum negara yang lain lebih bagus? Saya belum pernah ke museum negara ini, kalau negara lain banyak yang bagus"
 
Gue jawabnya "Iya bu, saya juga sama seperti ibu kalau kemana-kemana yang dicari museumnya dulu. Sebenarnya saya juga belum pernah ke museum negara ini (disini kita ketawa bareng, karena emang gue gak pernah ke luar negeri :)), tapi saya diceritakan teman yang pernah pergi kesana tentang kesannya yang .... lalu saya juga lihat bahwa museumnya .... (dan gue jujur aja gimana hal yang ditanyakan punya kesan mendalam)"
 
Tips 6. Jawab apa adanya sesuai dengan riset yang udah dilakukan. Kalau gak tau ya bilang gak tau sih menurut gue soalnya ya kan kita sampe tahap ini pun masih mau belajar.
 
Wawancara itu sebenernya berkesan buat gue karena dari list-list pertanyaan yang udah gue jawab sedemikian rupa pada akhirnya hanya kepake untuk introduction, selebihnya gue jadi diri gue sendiri aja yang datang dengan niat baik dan tulus. Kemudian memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Inilah masa dimana optimis dan pesimis datang beriringan. Ada rasa dimana gue mempersiapkan hasil buruk yang datang tapi di sisi lain gue ingin lihat hasil baik. Ini masih menjadi mimpi yang sangat ingin gue raih. Menurut gue takdir ini masih bisa gue usahakan dengan sebaik-baiknya. Toh, setiap kegagalan yang gue lewati, gue berprogress dan gue yakin hal itu mengarah kepada suatu yang baik. Ada kalanya menghindari pembicaraan tentang lpdp karena kadung memberi kabar jadilah semua orng berharap hasil yang terbaik juga bahkan ada kalanya mereka yang lebih excited daripada gue. Gue punya beban yang super besar rasanya terhadap ekspektasi-ekspektasi mereka ini. 
 
"Besok pengumuman ya kak?", tanya papa pada malam sebelum pengumuman dan gue diam-diam nangis karena gue pesimis saat itu, jujur saja. Senin, 4 July, beberapa kali papa whatsapp untuk tanya apakah gue uda pengumuman apa belum. Gue mempersiapkan hal buruk sehingga setelah di grup ramai mengabarkan bahwa pengumuman sudah tertera, gue masih bisa nonton netflix sambil makan sate padang. Gue merasa gak mau emosi gue menumpuk dikala gue mencoba login tapi gagal akibat banyak yang akses. Pada akhirnya inilah hasilnya ...
 

Gue meyakinkan diri bahwa gak ada kata 'tidak' yang mungkin gue missed baca. Gue langsung telepon mama dan memacakan kalimat itu, "Selamat Anda Telah Lulus Seleksi Substansi". Bahwa beneran gak ada kata "tidak". Sampai saat ini gue masih kehabisan kata untuk hasil yang super duper luar biasa ini. Bahwa ternyata perjalanan ini benar-benar berarti dan gak boleh ada kata menyerah. Kalian boleh baca post judulnya Rekap Perjalanan untuk tau bahwa kegagalan itu adalah perjalanan. Banyak manusia-manusia yang ingin gue sampaikan terimakasih, selain papa, mama, keluarga, kantor, teman-teman. Salah satunya ini yang jadi penyemangat banget untuk gak berhenti pas seleksi di tahun lalu.
 

Kapan-kapan pengen cerita juga deh tentang esai gue itu, atau kita bisa ngobrol lebih lanjut lewat email. Jadi silahkan saja email, semoga bisa membantu karena gue pernah ada ditahap itu dan terantu banget dengan adanya mentoring. Gue bersedia membantu kebingung untuk buat esai dan mempertanyakan apakah tujuan mengambil master ini lewat beasiswa. Perjalanan ini masih panjang karena berikutnya masih harus daftar kampus. Nanti kita cerita lagi :)

Tips 7. You're great! Selama kamu tau apa yang dicari terus saja cari. You'll found your way. Keep believing!
 

Comments

  1. Selamat, Aisyi! Semoga berkah dan lancar persiapannya, ya. Ikut senang baca postinganmu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih banyak! Aaamiiin .. aamiiin .. semoga dilancarkan semuanya

      Delete

Post a Comment

Popular Posts