CERITANYA GIMANA? — AWAL
Mungkin gue udah sempet cerita di “Rekap Perjalanan” tentang bagaimana journey beasiswa ini dimulai. Pada intinya buat gue ini bukan jalan yang singkat buat gue karena gue percaya tiap orang beda-beda perjalanannya. Beberapa kali kesempatan ketemu orang dan tanya gimana caranya bisa sampai posisi ini, jawabannya emang dari awal setelah lulus S1 punya keinginan buat S2 lagi dan maunya abroad. Cerita lucunya adalah pas ngerjain skripsi itu secara disadari dan mengalirnya pilih case study museum yang ada di london (The British Museum & Sir John Soane Museum). Ada masanya kesel sendiri kenapa ambil case study susah dapet data dan jauh! Waktu itu keluar negeri aja belum pernah apalagi ke UK yaaa, walaupun sebenernya masih lebih gampang cari data dua museum di London itu dibanding satu museum di Indonesia, hehe. Lalu, jadi bilang ke diri sendiri “Gila sih ini, gue pengen ke dua museum ini beneran pokoknya! Ayo kita S2 ke london karena gimana lagi caranya supaya bisa ke luar negeri selain kuliah (hehe)”
Kenyataannya ingin sama siap itu beda. Semenjak saat itu jadi sedikit-sedikit baca apa aja sih yang harus disiapkan buat dapetin beasiswa, terus ada beasiswa apa aja yang bisa gue dapetin (yang paling gampang didapetin deh), terus tentunya tahapannya apa aja, sama yang gak kalah penting juga adalah mau S2 apa. Pertama yang terbesit di 2016 itu yang pasti prepare bahasa inggris sih. Jelas kalau kita baca persyaratan daftar kampus aja ada minimum average score untuk IELTS yang mana saat itu pengetahuan tentang tes tersebut masih nol buat gue. Daaan … pssst! Tes beserta les persiapannya lumayan sih buat gue yang mau minta support finansial lagi ke orang tua untuk itu rasanya kasian mereka. Pun, papa pernah bilang kalau mau lanjut kuliah harus usaha sendiri :””
Hal itu pula yang jadi alasan kenapa gue memutuskan untuk karir dulu, agar supaya bisa mandiri secara finansial untuk pertama ikutan les IELTS. Sebenernya tertarik banget ikutan les di kampung inggris yang di Pare itu, tapi karena berhubung kerja juga kan ya jadi agak susah. Ini nih menyeimbangkan supaya tetep bisa mandiri finansial tapi bisa ngejar mimpi agak challenging memang, tapi kalau memang punya keinginan kuat sih harusnya mampu dan ada jalannya. 2018, Kebetulan waktu itu nemu les IELTS online randomly dia muncul di feed instagram. Sambil cek ombak gimana sih belajar IELTS itu, akhirnya gue daftar satu sesi doang, yaitu IELTS Speaking Program. Saat itu gue berpikir bahwa hal yang tersusah dari IELTS adalah speaking session karena beneran gak percaya diri ngomong bahasa inggris even though ngerti. Oh jadi inget juga, saat itu iseng-iseng mulai nonton film gak pake subtitle english dan fun fact-nya adalah series yang gue tonton adalah Stanger Things dong. Well, jadi penanda penting juga series itu buat perjalanan beasiswa ini, lol. Alasannya sesederhana karena gue pikir film anak-anak (karena pemerannya anak-anak) jadi gampang dimengerti, tapi emang ceritanya seru juga. Ya, demi sekalian belajar bahasa inggris gue nonton S01 dan S02 gak pake subtitle. Waktu itu baru keluar S02 jadi kalau gak seru S01, kan gampang gak usah lanjutin, hehe.
Balik lagi ke IELTS Preparation. Sistem belajarnya unik jadi nanti kita dikasih latihan soal yang bebas mau dikerjain kapan aja terus kita bahas via whatsapp setiap jumat malem. Pengen kasih lihat score simulasinya tapi udah gak bisa diakses, tapi seinget gue dapetnya 5.5 deh, entah lupa tapi 6.0 aja tuh gak. Gue ikutan 2 kali, yang mana di kedua kalinya gue ikutan full dari Listening, Reading, Writing dan Speaking. Hasilnya sih gak jauh beda guyss! Masih mentok dibawah 6.0 lah intinya.
Sampai dengan 2019 gue mulai submit application, IELTS tuh masih jadi “sesuatu”, maka dari itu gue cari beasiswa yang beberapa diantaranya membolehkan untuk sumbit score IELTS belakangan. That’s why! NZAS jadi salah satu beasiswa yang gue coba karena ketika waktu itu mereka gak mewajibkan IELTS jadi prasyarat daftar. Well, berikutnya di tahun 2020 ternyata daftar AAS itu wajib IELTS dan mereka kasih option IELTS tes karena kan pandemi, serta menurunkan minimum requirement scorenya jadi 6.0, disaat itulah gue pertama kali mencoba tes yang hampir seperti real. Gak terlalu ingat dengan persiapannya tapi gue intense minta sepupu gue jadi partner ngobrol karena se-gak percaya diri itu dengan speaking with english. Alhamdulillahnya, I passed the score 6.0 untuk kemudian bisa submit AAS. Hasilnya … disini yaa ceritanya.
IELTS sama Motivation Letter kalau dibandingin sebenernya lebih penting Motivation Letter untuk disiapin dan dipikirin dalam-dalam, for me. Tapi ternyata tetep penting buat disiapin dan butuh waktu juga untuk intensive nyiapinnya. Saat keputusan untuk “Ok, kita coba LPDP sekarang!”, disaat itu pula yaudah deh nekat ambil IELTS segera. Sambil memeprsiapkan esssay 2000 kata, sambil ngerjain latihan soal banyak-banyak dan nontonin youtube ‘tips and tricks’. 2021, karena ngejar deadline LPDP, ambil lah tes yang paling make sense issue datenya untuk submit application LPDP, sambil belajar terus berdoa semoga lancar dan diberkahi setiap jalannya. Saat itu ambil yang computer-based karena jadi manusia modern sekarang lebih gampang undo dan redo pas writing test. Singkat cerita dapet average score 6.5, Alhamdulillah. Saat itu langsung lanjut submit LPDP, cerita hasilnya juga disini.
Saat itu gak ikut les sama sekali, cuma belajar sendiri, tapi yang gak lupa untuk dimention adalah gue memulai ikut-ikut les online yang kecil-kecil sejak 2018 sampe 2019. Tujuannya tetep untuk bisa dijelasin secara dua arah sebenernya IELTS apa sih dan gimana secara general. Lalu, persiapan tes di 2021 gimana tuh?
Sejujurnya, pas kirim konfirmasi udah melakukan pembayaran ke IDP, gue agak panik dan mencari les-les online lagi yang bisa “intensive care” gue hanya dalam waktu satu bulan. Menemukan sebenernya yang bikin les IELTS selama sebulan tapi gak semepet itu dengan waktu tes gue. Akhirnya gue cari di internet, website-website yang free untuk belajar IELTS, terus ada simulasi yang langsung kasih tau score kita berapa. Gue menemukan ieltsonlinetests.com yang sangat-sangat helpful, dimana mereka ada simulasi soal-soal yang bisa dikerjain pakai waktu, ada pembahasan, dan yang paling amazing adalah suka ada kelas online via Zoom. Hal yang paling menyenangkan tentunga free, kita cuma butuh isi mini survey untuk akses soal-soal mereka. Kelas onlinenya juga ngebuat gue ngerasa ikutan les sih karena ada hari, tanggal, dan jam berapanya, terus bersama native speaker yang sangat helpful juga.
Sayangnya, untuk dapet feedback part writing and speaking kita perlu bayar, tapi kalau willing to spend, I think it would really great as well. Sementara gue masih gak rela ngeluarin uang untuk cobain feedback itu. Maka dari itu, untuk latihan writing gue nulis sebanyak-banyaknya dan baca contoh sebanyak-banyaknya. Sesi zoom class itu juga membantu banget! Gue selalu ambil kelas-kelas yang bahas writing both part 1 and part 2, dan another tips gue adalah gue ngerjain soal-soal dari link berikut untuk part 1 dan Part 2. Sebenrnya di website ieltsonlinetests.com juga ada simulasi writing tapi gue sengaja latihan soal di google docs sambil belajar grammar yang bener juga gimana, jadi otomatis kita tahu common atau yang tepatnya gimana.
Terus speaking gimana? Gue latihan dari youtube. Ada banyak banget simulasi IELTS di youtube yang bisa ditonton. Nah, pas nonton simulasi tersebut, biasanya gue ikutan jawab (seakan-akan kita yang ditanya), jadi gue pause videonya untuk jawab pertanyaan, lalu kembali resume untuk tau jawabannya orang didalam video apa sekaligus crosscheck kesesuaian jawaban gue. Yaa .. pada intinya practices make perfect!
Bukan persiapan yang singkat buat gue, tapi setiap orang punya jalannya masing-masing dan nikmati aja segala perjalanan yang dilalui. Gue percaya kalau kita “ingin” pasti ada jalannya untuk kemudian kita “siap” dan semesta mengizinkan kita untuk medapatkannya. Sampai sini dulu cerita tentang “ceritanya gimana?” perjalanan beasiswa ini. I am still in the process of it! So wish me luck! Semoga dimudahkan dan dilancarkan segala prosesnya, sambung lagi nanti.
Comments
Post a Comment